Jumat, 08 Februari 2013

Don't say 'goodbye'

Gue lagi seneng nge-wasap temen-temen di kontak dan emang mayoritas udah punya semua. Terlihatlah kontak-kontak sobat SMP yang udah lama banget gue nggak bersua dengan mereka. Gue coba wassap satu-satu, Kame dan Muthe yang selalu sigap dengan wassapnya. Terus, gue berpikir, gimana kalau kita reunian aja...
Jumat, 8 Februari 2013 adalah hari yang Muthe tentuin dan disambut OK sama Kame, tapi sobat lainnya yang bisa gue hubungin adalah Mpeb dan Nagin. Masalah Chika dan Marlina udah ditangani sama Kame. Mpeb said Yes but Nagin said I dunno. Masalah ketemuan kayak gini sebenernya gue nggak mau ribet, intinya ketemu dulu dan selanjutnya ngapain, itu dimusyawarahkan bersama.Selain itu, gue juga paling males kalau kelamaan cari waktu ketemuan, ada 3 orang aja yang mau ketemu, gue oke aja...
Jadilah, kawanan berkumpul di Gramedia, Depok pukul 11.00 WIB yang padahal janjian pukul 10.00 WIB. Sempet pangling liat mereka berbeda apalagi Kame yang saat ini udah ber-hijab, kami membuat gaduh Gramed.
Waktu membuat kita terpisah, tapi waktu pun memperbolehkan kami buat ketemu. Ya, kan... selagi ada waktu yang mengizinkan dan semua terkungkung sama kangen masing-masing selama 6 tahun (kira-kira), kami menyempatkan waktu satu hari buat lunasin itu...
Setelah puas check harga dan kontennya, gue berhasil membawa dua buah buku yang harus gue beli. Kami melangkahkan kaki ke Margo City. Sempet kaku juga dan mau bahas apa, gue mulai berceloteh sana sini. Diawali sama topik tentang 'pacar' Muthe lagi mesranya sama pacarnya se-univ, Mpeb yang baru gue tahu ternyata udah dua tahun menjalin kasih dengan teman SMAnya, Kame yang menjomblo yang ditemani sama gue juga yang menjomblo. Sempet kontak sama Nagin, tapi sobat gue satu itu katanya lagi mempersiapkan diri ke Pura jadi dengan menyesal, dia nggak ikut kumpul. Chika yang katanya ada acara di kampus dan Marlina yang nggak bisa dihubungin serta Ayyi yang nggak tau kita ngehubunginnya lewat apa. Mereka berempat nggak dateng, tapi seenggaknya ada awalnya kita untuk bersua kembali, mengenang lagi masa-masa SMP dulu.
Mulai lapar sama gosip SMP, omongan mulai merembet ke teman-teman lain di SMP, tapi untuk sekedar bercanda ya nggak apa-apalah toh nggak menjelek-jelekan juga. Disebut kembali nama yang bikin gue selama 3 tahun nggak bisa suka sama cowok lain, yang pada akhirnya 'cintaku bertepuk sebelah tangan'. Sekarang, gue nggak tau menau kabar cowok itu dimana dan gimana. Udah nggak penting lagi. Terus Kame yang lagi dideketin sama salah satu temen SMP baru-baru ini dan dia takut nanggepinnya gimana.
Sekarang, gue dan Kame mulai cari makan, akhirnya ketemu yang namanya 'Mie Tarik' yang daritadi jadi perhatian karena mas-masnya banting-banting mienya. Harganya lumayan dan porsinya lebih dari lumayan. Mpeb dan Muthe membeli ramen. Terakhir, gue lah yang sulit menghabiskan makanan gue karena menurut gue, rasanya kurang mantap dan porsinya itu loh bikin mabok. It's enough!
Bingung mau ngapain lagi setelah Sholat Zuhur, kami berempat pergi ke photobox. Sebenarnya, itu keinginan gue di awal, tapi pas liat harga yang terpampang Rp25000 buat 4 foto, nggak jadi. Kata Muthe "Mending pake aja sih. Kan sepuasnya dan gratis lagi" OK
Tempat enak buat foto mengarahkan kami ke Platinum, mumpung lagi sepi, puas-puasin lah kami mendokumentasikan kebersamaan ini. Akhirnya, dengan cepat juga memutuskan buat nonton Mama. Mama dimulai pukul 15.00 WIB dan kami segera ke Giant untuk membeli snack. Pintu theatre pun telah dibuka, di dalam masih sepi dan lagi-lagi gaya di depan kamera HP.
Sekedar review, film Mama ini bergenre horor, pastinya adegan ngagetin andalannya. Mama berkisah tentang seorang ibu yang sangat cinta sama anak bayinya hingga mati pun mencari anaknya itu. Suatu ketika, seorang ayah yang frustasi dengan krisis ekonominya, membunuh rekan kerja dan istrinya. Dua anak ayah tersebut dibawanya sampai terjadi kecelakaan dan sampailah mereka di sebuah rumah kayu. Saat ayah mau membunuh anak pertamanya, Victoria. Mama datang. Dan mulailah kisah kedua anak itu, Victoria dan Lilly dirawat dengan cara Mama. Lima tahun setelah itu, kedua anak itu ditemukan dengan kondisi yang memprihatinkan, diasuhlah mereka dengan Paman dan Bibinya serta dijadikan bahan riset oleh seorang Profesor. Victoria dan Lilly menunjukkan gejala anti sosial dan hanya berbicara dengan Mama yang tidak dilihat oleh orang lain. Victoria mulai belajar untuk menceritakan siapa Mama dan akhirnya menunjukkan sikap sayangnya kepada Bibinya. Namun, Lilly yang terbilang masih kecil untuk itu, ia tetap sangat mencintai Mama. Mama sangat cemburu sekaligus marah terhadap orang-orang yang mencintai kedua anak itu. Dan mulai melakukan teror. Profesor mulai mengetahui rahasia Mama, namun sayang Prof ini dibunuh oleh Mama. Di adegan terakhir, Paman dan Bibi terus meminta untuk mengembalikan Victoria dan Lilly dari tangan Mama yang akan membawa mereka ke alamnya. Bibi menukar mereka dengan jasad bayi Mama yang Mama cari. Namun, Lilly lebih memilih untuk bersama Mama. Berakhir dengan kehadiran seekor kupu-kupu berwana ungu jelmaan dari Lilly dan Victoria, Paman, dan Bibi berpelukan di tebing tempat bunuh diri Mama.
Gue cukup terkaget-kaget saat 'Mama'nya keluar yang secara tiba-tiba. Dan pastinya, udah nggak malu lagi buat teriak di gedung bioskop itu. Aaaaaaargh...
Sholat Ashar, lalu kami ke Electronic City ngeliat-liat kamera. Abis itu, duduk kembali di foodcourt transfer foto-foto. Sholat Maghrib dan pulang...
Jangan katakan 'selamat tinggal' karena itu akan memhapus harapan untuk bertemu kembali. See you, pals... Semoga kita bisa bersua dalam keadaan yang lebih baik dari ini :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lihat, baca, dan rasakan. Bagaimana pendapatmu, Kawan?