Senin, 25 Februari 2013

Umbi Lapis dan Kacang Tanah


Umbi Lapis
Umbi lapis atau yang kita kenal salah satu contohnya adalah bawang memiliki umbi yang terstrukstur lapisan-lapisan dari pelepah daun. Daun muncul pada bagian ujung umbi sedangkan akar serabut akan muncul pada bagian bawah umbi. Perkembangbiakan umbi lapis ini dengan suing yaitu pada tunas ketiak paling luar. Suing awalnya mendapat makanan dari induknya. Siung bisa berfotosintesis saat suing memiliki daun dan akar. Maka, cara perbanyakan umbi lapis ini adalah dengan siung yang nantinya dapat berakar dan berdaun sendiri setelah dipisahkan dari induknya. Contoh umbi lapis antara lain bawang merah, bawang putih, bunga bakung, dan bunga tulip.

Kacang tanah (Arachis hypogaea)  
Kacang tanah adalah tumbuhan yang bepolong di bawah permukaan tanah. Kacang tanah termasuk tanaman legum-leguman yang memiliki perakaran yang dalam di bawah tanah. Polong kacang tanah yang merupakan bagian yang dimanfaatkan terbentuk di bawah tanah. Polong ini berasal dari perkembangan ginofor.
Bunga yang berhasil mengalami penyerbukan biasanya yang terbentuk pada hari kesepuluh. Setelah penyerbukan, ginofor tumbuh dari dasar bunga secara geotropisme dan terus menembus tanah dan setelah dalam, ginofor tumbuh secara mendatar lalu membengkak, dan membentuk polong. Perbanyakan kacang tanah secara generatif dilakukan dengan biji.

Minggu, 24 Februari 2013

3 Hati. 2 Dunia. 1 Cinta

Barusan, gue nonton film berjudul 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta. Emang itu film sebenernya udah lama, tapi baru berkesempatan nonton barusan. Film karya Mas Hanung emang gue nggak perlu ragu lagi, menurut gue bagus-bagus. Oke, back to that film, sangat menarik bagi gue film cinta dengan problema yang rumit dan sarat pelajaran berharga. Film ini mengajarkan gue begitu berharganya cinta kekasih, cinta keluarga, dan cinta keyakinan. 

Reza Rahadian pas banget memerankan Rosyid dengan karakter seorang penyair yang suka bebas dan kritis tapi sayang keluarga. Laura Basuki sebagai Delia, anak orang kaya yang cinta sama Rosyid harus teguhin hati buat bener2 milih Rosyid karena perbedaan mereka. Dan Arumi B sebagai Nabila yang sholehah, memendam cinta ke Rosyid, dan harus rela tidak dipilih Rosyid. 
Ketertarikan gue terhadap film ini di mana Rosyid mulai bimbang terhadap keinginannya bersama Delia yang lebih memilihnya dibanding kuliah di luar negeri. Situasi keluarga Rosyid yang agamis dan perangai bapaknya yang lucu tetapi tegas dan ibu yang sangat lembut dan pengertian membuat karakter kocak dari Rosyid terbangun. Bahkan, gue ngakak pas adegan bapaknya nyari parfum bulbul *lupa apa namanya. Inilah yang sering terjadi di masyarakat kita, mengaku yakin akan kehendak Tuhan tapi masih percaya terhadap benda-benda mati yang katanya berkhasiat dan meyakini kata 'orang pintar'. 

Bukan sekedar galau! Rosyid akhirnya memutuskan pergi dari rumah biar bisa berpikir. Namun, semakin rumit saat ibu dan bapak Rosyid secara tiba-tiba melamar Nabila untuk Rosyid. Bapaknya tidak akan pernah setuju dengan hubungan Rosyid dan Delia, maka orang tuanya bertindak kayak gitu agar nggak kehilangan Rosyid. Apa yang bakal lo rasain kalau itu terjadi sama lo? Lo cinta sama orang beda agama, nggak disetujuin orang tua, dan tiba-tiba lo mau dinikahin sama orang yang nggak lo cinta? Lo sayang pacar lo tapi lo juga sayang sama keluarga lo.  Frustasi! 
Gue pikir, film ini berujung di penyatuan cinta Rosyid dan Delia tapi lebih seru dan berharga dari itu. Kenapa? Soalnya, walau orang tua mereka nggak setuju, orang tua mereka membebaskan pilihan buat mereka. Terserah. Keluarga Rosyid, Delia dan keluarga, serta Nabila menonton penampilan Rosyid. Gue pikir di sinilah mereka disatukan oleh keluarga, dan Nabila pun telah rela cintanya tak terbalas. Tapi ternyata, Rosyid dan Delia tetap berdiri pada perbedaan keyakinan agama masing-masing namun saling meyakini cintanya akan bertemu di surga kelak. 
Rosyid akhirnya menikah dengan wanita asal arab, Delia melanjutkan kuliah di AS dan menikah, Nabila menikah dengan pengusaha sukses. 

"Masalah jodoh, memang siapa yang tahu..."



Baca juga:

Lalu dan Nanti... Kini


Malam penuh larut, dan lelah menjalar ke seluruh sendi... Tapi mata, kenapa kau masih terbuka? Hei otak, masih saja kau membuatnya terbuka? Ada-ada saja yang dipikirkannya malam ini...

Mimpi... Adakah kau mimpi begitu indah jika kau kugenggam, namun sulitnya ternyata
Hei mimpi, kau masih di ujung sana, diam. Dan sama, aku pun diam seribu langkah
Oiii, mimpi! Masihkah kau mendengar, tunggu jangan menjauh

Bagai menonton di layar lebar, kenangan-kenangan indah selalu diputar
Tersenyum, bangga, tertawa, bahagia
Dan itulah dimana kukatakan aku tentram

Gubrak! Aku terbangun kini
Mimpi semakin sulit kini
Hingga kuberpikir bagaimana membuatnya mendekat kesini

Kenangan dan mimpi, antara lalu dan nanti
Aku berjalan saat ini kini
Dan masihkan terus menanti? Menanti untuk terus kenangan mengejar ku kini atau menanti menarik mimpi
Kudekatkan wajah ini ke bumi dan kukatakan aku butuh jawaban...



Minggu, 17 Februari 2013

Melirik Potensi Panas Bumi Indonesia

Liburan tahun ini, membawaku untuk menikmati Dieng, Jawa Tengah. Dengan berbagai potensi yang ada pada daerah ini, takjub kumelihatnya. Daerah subur, pemandangan yang indah, dan masyarakat yang agamis serta ramah adalah daya tarik bagi para wisatawan. Saat mobil telah menanjak ke arah Desa Sembungan, terlihat asap mengepul tebal di kejauhan, Kawah Sikidang. Itulah potensi tak kalah lainnya di daerah gunung api aktif ini, energi panas bumi. 

Penasaran dengan potensi panas bumi tersebut, aku melirik sumber bacaan potensi panas bumi di Indonesia. Sungguh bangga saat tahu bahwa Indonesia memiliki 40% potensi panas bumi dunia, itu berarti yang potensi terbesar dunia ada di Indonesia. Dengan wilayah di daerah cincin api dunia, tidak mengherankan Indonesia memiliki potensi besar tersebut. Bersumber dari Badan Kementerian ESDM (2011), terdapat 276 titik daerah potensi panas bumi yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores, Maluku, dan Irian Jaya, dengan total potensi sebesar 29.038 GWe. Saat ini, terdapat 7 PLTP yang telah dimanfaatkan, yaitu Kamojang, Salak, Darojat, Wayang Windu, Dieng, Lahendong, dan Sibayak. Namun, itu masih 4,3% dari potensi yang ada yang baru dimanfaatkan. 

Energi panas bumi begitu perlu dikembangkan karena energi ini dapat membantu mengurangi permasalahan lingkungan. Pemanfaatan energi panas bumi tidak menimbulkan emisi gas rumah kaca sehingga dapat meminimalisir efek rumah kaca yang berkontribusi dalam pemanasan global. Energi ini pun bersifat permanen dan merupakan alternatif sumber energi fosil yang tidak terbarukan. Pengembangan energi ini pun nantinya dapat diharapkan menghemat devisa negara untuk impor energi dan menghemat cadangan minyak bumi. Selain itu, potensi panas bumi yang besar, dapat memenuhi kebutuhan energi nasional. 

Pemanfaatan energi panas bumi sebagai pembangkit listrik menurut sumber Greenpeace, menggunakan sumur dengan kedalaman 1,5 km atau mencapai cadangan panas bumi. Panas dari cadangan panas ini secara langsung menggerakan turbin, yang lainnya memompa air panas bertekanan tinggi ke dalam tangki bertekanan rendah. Dengan begitu, terdapat kilatan panas yang dapat menggerakan generator turbin. 

Skema pemanfaatan energi panas bumi (Sumber: Pertamina Geothermal Energy)















Skema pemanfaatan langsung energi panas bumi (Sumber : Pertamina Geothermal Energy)


















Pengembangan potensi energi panas bumi ini memiliki masalah yang dihadapi, yaitu ada dua. Pertama, titik potensi energi terdapat di lahan yang merupakan daerah konservasi. Kedua, selama pemerintah terus menganggarkan besar subsidi BBM, energi ini sulit berkembang karena kesenjangan tarif. Maka dari itu, perlu upaya yang sinergis, salah satunya kebijakan yang pro terhadap pengembangan potensi energi wilayah Indonesia dan mendukung pengembangan teknologi dalam pemanfaatan energi yang ramah lingkungan.

Referensi :

Sabtu, 16 Februari 2013

Pelantikan HIMABIO Kabinet Neuron Tahun 2012/2013

Alarm berdering saat jam tepat menunjukkan pukul 05.00 WIB. Bergegas untuk Sholat Subuh terlebih dahulu, baru mandi. Pakaian, segera nyari rok hitam (yang ternyata belum disetrika) dan kemeja berwarna ungu dengan jilbab dengan warna senada. Gue dipercaya sama para BPH Himabio buat jadi pembawa acara Pelantikan bareng Shilmi. Buat jaga-jaga alias persiapan, gue membuat naskah MC Pelantikan, yang pastinya bergenre formal. Selesai itu, perut pagi yang kosong mulai bertanya sama yang punya "Kapan makan, Nona" pastinya yang diartikan dari bunyi keroncongan yang dahsyat. Makan dengan sesuatu yang berbentuk panjang, kuning, direbus, pakai bumbu, enak (baca: mie). Pukul 07.30 berangkat... 
Di B1C3, baru sekitar sepuluh orang yang mejeng di depan, masuk ke dalam, ada Olip dan Yuli. Segera gue kasih titipan Olip berupa kotak, empuk, putih, isi coklat, harga 3000 (baca: roti isi coklat). Pai dateng dengan segala keriwehannya, gue diberitahu kalau Shilmi nggak jadi MC-ing karena serak. Yah, begitulah alasannya, MC-ing bareng Arreza. Pake pemanasan dulu, kami berkomplot biar nggak ngaco saat MC-ing. So, jadilah MC Kondang'an mengudara (gue dan Arreza tertuduh sebagai itu).
Segala hormat sudah dijabarkan oleh Arreza, segala puji dijabarkan oleh gue, selanjutnya pembacaan doa oleh Mashudi. Selanjutnya adalah presentasi dari 7 divisi yang ada di Himabio 2012/2013, yaitu BPH, PSDM (divisi gue), Biosains, Bioworld, Infokom, Pamabi, dan OWA (Observasi Wahana Alam). Setiap Ketua Divisi dengan runut dan jelas menjabarkan tiap program kerja per divisi. Intinya, BPH mengurus administrasi anggota, Biosains salah satunya mengurus pelatihan karya ilmiah, Bioworld tentang softskill kebiologian, mengurus MGF, dan bareng Biosains mengurus BIONIC (Seminar Biologi), Infokom pastinya mengurus segala informasi dan komunikasi untuk warga Biologi, Pamabi mengurus bagian sosial seperti Kakak Asuh, Probebi, dan klinik belajar, OWA dari namanya pasti ini lebih ke arah observasi lapang, sebentar lagi bakal ngadain acara menanam bakau, dan terakhir adalah PSDM, yang menurut Zulfikar (Kadiv PSDM saat ini) sebagai berikut :
1. Divisi Paling Semangat Dalam Mengompakkan
2. Divisi Paling Sehat Dalam Menyehatkan
3. Divisi Paling Seru Dalam Menyatukan*
4. Divisi Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa
*maaf lupa, Zul yang bagian ini... 
Kenapa begitu, karena akan terlihat dari program kerja yang diusung oleh PSDM :
1. Upgrading, yang akan dilaksanakan sebentar lagi
2. Spirit, ini acara dari BEM FMIPA, kami sebagai koordinator atlet Biologi
3. Grand Biodiversity, acara olahraga dan seni dari Biologi
4. Kunjungan industri, sebagai pengembangan dari keilmuan Biologi
5. MPD (Masa Perkenalan Departemen)
Keren, kan??? Hha...
Selanjutnya, acara inti : Pelantikan Badan Pengawas, Kadiv, Putra dan Putri Himabio. Acara ini dipimpin oleh Mba Kanthi dan selanjutnya dipimpin oleh Ahmad Rifai (Ketua Himabio Kabinet Neuron). Beliau membacakan janji dan kemudian diikuti oleh semua. Setelah pelantikan itu selesai dengan penyematan emblem, ada wejangan dari Rifai. Dia menekankan hal-hal penting dan detil lainnya di dalam tiap divisi dan berharap semua divisi dapat berkoordinasi serta peduli sesama. Wejangan dari Mba Kanthi menekankan 3 poin, yaitu :
1. Jangan campuri urusan orang lain. Lihat dirimu dulu dalam melakukan sesuatu dan berikan yang terbaik, tidak perlu mengurusi urusan orang lain. 
2. *
3. Jadikanlah musuh besarmu adalah partner kerjamu. Walau bagaimana pun, kita dituntut untuk bertindak profesional, tidak peduli siapapun dia di hadapan kita. 
*maaf, Mba Kanthi, lupa bagian ini. Hhe...
Intinya adalah "Do your best. And it will be fine" Cakeeep dah...
Acara terakhir yang ternyata bikin bosen adalah pembacaan surat tugas sama Rifai. Untunglah, nggak ada surat tugas buat masing-masing anggota, bisa kabur semua sebelum acara selesai. Secara serempak, kompak, dan loud speaker, setelah pembacaan surat tugas, semua mengucap "Alhamdulillah..."
Gue dan Arreza mohon undur diri. Minta maafan udah. Terima kasih juga udah. Wassalam...
Semua bergegas ke gladiator IPB, berfoto ria... cekrak-cekrek... hasilnya, nanti ya diupload :)

"Semoga kita menjadi keluarga yang saling mengayomi, menghormati, dan menyemangati dalam setiap lika-liku kehidupan. Do your best, guys!"

Kamis, 14 Februari 2013

Sang Pencipta Cinta (Cinta yang tumbuh karena keyakinan)

“Jomblo’s day!” teriak gue di tanggal 14 Februari 2013 di pagi hari, mengundang tawa teman-teman kos. Wah, keluar dari kamar buat kuliah pagi, sebagian teman kos secara nggak sengaja makai baju dengan warna kebanggan yang memancarkan cinta ‘pink’. Rasanya, gue pingin ketawa melihat mereka yang sebagian besar jomblo juga, seperti merayakan hari ini.
Ke kampus, dengan kesenangan tadi malam membuat hari ini cerah banget. Walau gue nggak kayak teman yang pakai baju ‘pink’ tanda cinta itu, gue tetap merasakan cinta. Kesenangan tadi malam pun bukan tentang candle light dinner, bukan tentang pernyataan ‘aku suka kamu’, atau bukan tentang kado yang dipersembahkan buat seseorang yang spesial. Tetapi, ini tentang cinta yang tumbuh karena keyakinan.
Tadi malam, Febri, dialah yang saat ini menjadi PJ sebuah program binaan untuk anak-anak mengajak gue untuk terus bergabung di program tersebut. Saat penawaran itu terucap, teringat kembali kenangan yang dari itu gue belajar dan mengerti bahwa itulah arti cinta…
Hujan tak kunjung reda setelah kami, kakak-kakak pembimbing program binaan anak-anak mengajar anak-anak di sebuah majelis ta’lim. Kami belum memutuskan untuk pulang hingga hujan reda karena kami lupa membawa payung, maklum di sini hujan adalah sahabat yang sering kami kenal dan sering mengajak main dengan tiba-tiba, membuat kuyup bermain bersama. Selain kami di majelis itu, masih ada dua bocah yang berpakaian lusuh dengan celana pendek yang sudah bedel bagian pinggirnya.
“Kamu nggak pulang?”
“Nggak, Kak. Ini masih hujan, nggak bawa payung juga”
“Wah, sama, dong kayak kita. Lupa juga bawa payung. Kakak yang lain juga nggak bawa payung. Ya, udah ayo ke sini, kita makan snack bareng”
Ini adalah pertemuan kedua yang kami adakan kepada anak-anak di sebuah perkampungan dekat kampus. Mayoritas, mereka bukanlah anak-anak yang beruntung dapat mengecap bangku sekolah. Di binaan ini terdapat 25 anak yang tiap Sabtu dan Minggu ikut belajar bersama dan 15-nya adalah mayoritas tadi. Pertemuan baru ini masih masa perkenalan kami dengan mereka sambil kami mengajar pelajaran sekolah.
Kami memutuskan pulang walau hujan masih memberi titik-titik pada wajah kami, basah. Saat kami meminta izin duluan pulang kepada dua bocah itu, mereka mengangguk dan tersenyum, mengatakan kalau mereka menunggu hingga hujan benar-benar reda.
Pulang sore dengan basah kuyup, ternyata hujan tadi hanya reda sebentar. Di kos, segera mandi dan beristirahat. Waaaah, nyaman sekali tubuh ini diletakkan di kasur, relaksasi otot-otot yang tegang, dan melenturkan sendi-sendi yang kaku. Pukul 20.00 WIB, entah kenapa gue terbangun tiba-tiba. God! Gue belum sholat maghrib. Lima menit menyayangkan hal itu, gue beranjak ke ruang televisi, menonton. Gue lalai.
Rasa lapar di malam hari itu, membuat gue yang sebenernya sangat malas keluar, mengunci pintu dan berangkat mencari makan. Nasi goreng spesial, gue pesan di salah satu warung makan depan gang kos gue.
“Assalamu’alaikum… Permisi.” Suara kecrekan dimulai disertai suara menyanyi yang sumbang.
Astaga! Mereka masih ngamen?
“Dek, sini!” mereka menoleh dan bergegas menyalami.
“Hai, Tina, Nina… hayoo, inget Kakak siapa?”
“Kak Obi” Tina menjawab semangat. Dia, yang kutahu setelah dua kali pertemuan ini adalah seorang kakak dari Nina, tidak bersekolah, mengamen.
“Kalian makan, yuk bareng Kakak? Mau pesan apa?”
Mereka duduk dengan tertib di depan meja. Menatap wajah-wajah bocah yang senang ditraktir makan, gue tertawa. Dan mereka segera menyebut ‘nasi goreng’ memesan kepada abang nasi goreng.
“Kalian suka nggak kami tiap minggu ke sana?”
“Wah seneng, Kak. Seneng! Aku kan jadi bisa baca”
“Aku juga bisa ngitung.” Jawab Nina malu-malu
“Wah, Nina mau bisa ngitung, nih? Sekarang udah bisa ngitung sampai berapa?”
Nina, bocah berumur lima tahun itu hanya tersenyum malu.
“Tenang, kakak-kakak bakal terus ke sana tiap minggu. Pastinya, kalian kalau mau bisa, ikut belajar, kita latihan bareng”
Makanan pesanan kami datang. Haruuum dari asap yang keluar dari nasi-nasi yang digoreng itu membuat kami ingin segera makan.
“Ayo, makan!”
Nina tertunduk dan seperti bicara dalam hati, begitu pun Tina. Membuat gue berpikir ‘kenapa dia’. Dan gue terkejut sendiri dalam hati, mereka sedang berdoa. Seperti malu, gue yang selama ini sering lupa berdoa sebelum makan, diingatkan sama dua bocah ini.
“Kalian tinggal di sebelah mana dari majelis?”
“Hmm, di bawah, Kak.”
“Banyak yang di bawah?”
“Nggak, Kak. Cuma rumah kita yang di bawah. Terus kalau... huk uhuk…“ batuk Tina menghentikan kalimatnya.
"Aduh, coba minum dulu" segelas air putih langsung diteguknya.
Kalimat itu pun berhenti sampai di situ dan baru gue ketahui maksudnya saat esok hari.
"Kamu kok malam hari gini masih ngamen?"
"Iya, belum ngantuk kok Kak" jawab Tina masih semangat
"Masa' sih? Emang nggak dimarahin mama?"
"Nggak, kok. Hmm, ibu sakit, Kak."
"Hah, sakit? Sakit apa? Udah berobat?"
"Hmm... Belum, Kak. Belum punya uang." jawab Tina dengan suara mulai menipis, gue merasa iba.
"Kalian berdua nggak takut malam-malam begini? Belajarnya lagi kapan?"
"Nggak takut, Kak"
"Bener, nggak takut? Nanti ada hantu, lho!" meledek mereka dengan gurauan
"Nggak, lah, Kak. Kan selalu ada Allah yang melindungi kita. Dimana pun kita berada, Allah selalu lihat dan kalau kita berdoa, kita jadi berani, deh" jawaban yang meluncur dari bibir mungil Tina membuatku diam. Seperti ada panah panas yang menancap pas di hati.
"Besok, Kakak dan teman-teman ke rumah kalian ya?"
Mereka saling tatap lalu mengangguk. Nasi goreng pun tinggal separuh, lahap mereka memakannya hingga tinggal butir-butir nasi tersebut dan mereka menghabiskannya.
"Wah, gimana nasi gorengnya?"
"Alhamdulillah, Kak. Enak. Kenyang! Terimakasih, ya, Kak." 
"Oke. Sekarang, kalian pulang, ya. Ini buat ibu kalian" gue menyerahkan sebungkus nasi goreng dan memberi sedikit uang.
"Baik, Kak. Terima kasih banyak, ya, Kak. Semoga Allah semakin cinta dan selalu melindungi Kakak."
Cinta? Bahkan mengingat-Nya pun gue jarang. Apakah bisa gue dicintai-Nya? Semakin tersudut atas pernyataan dan pertanyaan itu. Hati terasa sakit. Suasana menjadi hening, kata-kata itu membuat gue berpikir. Kenapa anak-anak ini begitu percaya pada-Mu, Tuhan? Padahal mereka susah. Dan gue yang selalu lalai, diberikan harta yang berlimpah, kasih sayang orang tua yang tidak perlu diminta, dan kalau sakit, gue tinggal ke dokter keluarga. Tetapi, mereka selalu mengingat-Mu, selalu percaya pada-Mu, dan sangat meyakini-Mu. Merekalah justru yang tidak merasa kekurangan walau mata manusia ini begitu kurang melihat layaknya hidup mereka. Mereka mencintai-Mu sepertinya, Tuhan, begitu pun dengan Engkau... Itulah bedanya dengan diri ini yang selalu merasa takut. Takut, tidak bisa dicintai oleh Tuhan, Sang Pencipta Cinta...
Pertemuan gue dengan kedua anak itu adalah yang terakhir kali. Setelah terdengar kabar bahwa sungai merendam sebagian daerah di bantaran sungai dekat tempat binaan kami, kami segera ke daerah itu sebagai relawan. Alangkah sedih kami melihat rumah Tina, Nina dan ibunya tak tampak di permukaan sungai yang mengganas. Mereka dikabarkan hilang.
Biarlah pertemuan ini menjadi yang terakhir di dunia. Kalimat manismu dan kalimat doamu yang terucap malam itu selalu terkenang dan menuntun diri ini menjadi pribadi yang selalu berusaha mencintai dan dicintai oleh Sang Pencipta Cinta.
Semoga kita dipertemukan kembali dalam surga nan abadi yang penuh dengan cinta hakiki dari Sang Pencipta Cinta... Amiiin.

Senin, 11 Februari 2013

Kangen kau, Sobat! Tapi...

Mau ngepos tentang perjalanan gue dan sahabat kemarin, tapi lagi nggak mood. Tiba-tiba, gue keinget sama sahabt-sahabat yang lain. Sahabat yang sangat berkesan banget bagi gue tapi gue udah nggak tau gimana kabarnya dan lagi sibuk apa di kampus. Padahal kami berpisah belum lama. Emang sih perjalanan pertemanan itu ada nggak mulusnya, tapi bagus buruknya sebenarnya gue nggak bisa menilai dan apakah ini harus masih gue bilang 'persahabatan'.
Awalnya, hal-hal kayak sulit dihubungin, balas SMS seperlunya, nggak pernah bales SMS malah, nggak pernah gue masukin dalam hati. Ah, mungkin aja mereka lagi sibuk, toh gue kali yang ganggu. Ah, udah tidur kali, ya nggak mau diganggu. Ah, lagi ngerjain tugas kali atau lagi ada acara kampus. Dan alasan lainnya yang gue buat sendiri biar mengenakkan hati gue. Tapi, apa yang terjadi, kalau ternyata... Sobat bales SMS saat ada maunya aja, bales SMS cuma satu kata padahal gue udah beratus kata, atau maunya ditanya doang sehingga nggak timbul percakapan yang saling ingin tahu. MALES JUGA TAU...
Entah bagaimana pun gue berusaha buat merelakan perlakuan mereka yang sebenarnya mengecewakan gue. Atau di sini, gue yang nggak peka? Gue yang cuek sama hati mereka. Gue yang terlalu posesif dan nggak mau tau kalau kita punya jalan yang beda. Satu sobat gue yang berkampus di luar kota sana, terakhir gue hubungi dia lagi sibuk sama organisasinya. Lain sobat lagi sibuk juga dengan travelnya dan baru-baru ini gue denger kabarnya dia kangen.
Kangen? Udah lama banget gue pendam rasa itu hingga jadi kesal, marah, atau masa bodo whatever... Udah sering gue ajak ketemuan atau sering mengabarkan kalau gue lagi di tempat, responnya cuma OK atau nggak ada respon sama sekali. Jadi, gue pikir, ya udahlah, mungkin jalan yang gue anggap baik adalah...
  • gue nggak akan dulu bertemu mereka, sebelum mereka yang ajak duluan
  • gue juga nggak akan SMS duluan. Tapi, gue tetap mengawasi mereka dari jauh, dari dunia maya ini
  • kalau pun mereka acuh, ya nggak apa-apa, selagi sibuk akademik masing-masing dan sibuk dengan organisasi atau sahabat kampus masing-masing, gue fokus ngejalanin kehidupan saat ini. Dan akan menghubungi mereka di waktu yang tepat
Mungkin hal kayak gitu perlu gue lakuin karena sebenarnya gue sayang sama mereka. Bukan cerewet atau apapun, gue nggak mau kehilangan mereka. Sekesal atau semarah apa pun gue, gue nggak akan bisa benci mereka. Dan gue yakin, kita pun akan bertemu lagi pada kondisi dimana kita telah mengejar mimpi-mimpi kita... Itu juga yang mereka yakini.
Dan sekarang, gue mulai mengerti dan akan terus mengingat kata-kata itu... Semoga Allah SWT terus melindungi kita, sahabat dimana pun kita berada...

Welcome to Semester 6 !

Alarm berdering di jam 4 pagi. Waktunya bersiap menuju ke kamar mandi. Ah, rasanya angin pagi berbisik "Nanti aja, kan hari pertama masuk". Cuma gelesotan dari ruang tengah ke kamar tidur, rasanya tempat tidur manggil-manggil buat ditiduri. Menatap lemari, lanjut merapikan baju-baju dan buku-buku untuk dibawa ke Bogor.
Welcome to Semester 6 ! Agenda yang terpampang di smartphone. Tanggal 11 Februari 2013, dan entah kenapa merasa sangat tidak produktif di liburan ini dan itu patut disesali. Setelah liburan ke Dieng tanggal 27 Januari 2013, gue habiskan waktu liburan dengan bermalas-malasan di rumah. Kalau dirunut, kerjaannya: solat subuh, baca Quran, tidur lagi, bangun liat SMS, nonton tv, mandi, sarapan bahkan buat sarapan, anter adek sekolah, nonton tv, browsing, jemput adek sekolah, solat Zuhur, happy time with adek umi ayah, solat Ashar, nonton tv, solat Maghrib, bimbing ngerjain pr adek, cuci piring, nonton tv, tidur. Paling kalau mau modif, cuma pas KRS online dan kunjungan ke pesantren adek gue yang pertama terus reuni sobat SMP.
Saat semua rapi, umi nggak lupa buat merapikan 'oleh-oleh' yang akan gue bawa untuk teman kos tercinta. Inilah yang membuat iri. Sering banget temen-temen yang dari luar pulau memberi oleh-oleh di kos, dan gue secara orang jabodetabek yang nggak tau harus bawa apa, jadilah gue mempersembahkan kue tradisional 'cucur' buat temen kos. Hha. Saat gue memamerkan gue bawa oleh-oleh, Tiara said "Kayak emak-emak lo bawa cucur"
Kebiasaan gue dianter sama ayah tercinta kalau pulang di hari kuliah. Dari rumah jam 6 pagi dan samapi di kos jam 8 kurang. Padahal, katanya naik kereta pun bisa (kata temen yang naik kereta). Secara gue anak yang berbakti kepada orang tua makanya gue dianter ama orang tua *apa hubungannya. Di kos, gue liat ada Tiara, Tri, Lupita, dan Icha yang bersiap-siap kuliah pagi. Selanjutnya datang teteh yang merupakan malaikat di kos ini. Gue segera merapikan buku dan menyiapkan buat praktikum hari pertama ini (padahal nyiapin jas lab doang). Katanya, di hari pertama ini, praktikum Kultur Jaringan dan Kimia Analitik nggak ada jadi agendanya ambil IP dan konsultasi.
Lancar! Pak Iman, untungnya ada di ruangannya. Pembimbing gue ini adalah sekretaris departemen yang cool abis, santai banget orangnya. Pas gue liat buku rekaman konsultasi, selama ini gue baru 2 kali bimbingan padahal temen-temen udah ada yang 3 malah 4. Konsultasi kali ini bareng Uli dan Tiara yang ceritanya sekalian tanya-tanya tentang bimbingan skripsi.
Pak Iman liat rencana studi semester 6 gue, yang katanya hanya ada waktu 3 jam buat pacaran, beliau bilang "Nggak apa-apa nih? Pacarannya kapan? Tapi belum kehitung sih Sabtu, Minggu. Hha" Aduh, emang bapak yang satu ini baik banget urusan beginian. Lagian, Pak saya mah pacaran sama buku aja deh di perpus. Lanjut liat IP gue yang katanya lumayan. Lanjut dengan celoteh tentang skripsi. Topik yang ditawarin Pak Iman ada 3, yaitu tentang bakteri metanotrof, nitrifikasi, dan quorum sensing. Dari ketiganya, gue tertarik tuh sama quorum sensing, yang intinya bagaimana mem-block suatu sistem dari bakteri patogen sehingga bakteri patogen itu tetap hidup namun tidak berpatogen. Keren, tuh, kayaknya...
Kata beliau, "Ya nantilah, kalian belajar dulu, baru setelah itu dapat apa yang diminati. Kalau hal yang disukai kan walaupun berat tetap tersenyum ngerjainnya. Coba kalau nggak minat, kayaknya beraaat banget. Ya, kan?" That's right!
Setelah menapaki 11 Februari 2013 hingga pukul 11.00 WIB, gue berharap bisa membuat dan menjalankan agenda-agenda gue selanjutnya. Semester 6 yuk fokus ke akademik, pl, dan organisasi.
Btw tentang organisasi, nanti malam, PJ Rumah Harapan 2013 (Febri) lagi semanget mau membicarakan tentang RH sama gue nanti malam. Semoga program binaan ini dapat terorganisir dengan baik dan sukses! Aaaamiiin...

Jumat, 08 Februari 2013

Don't say 'goodbye'

Gue lagi seneng nge-wasap temen-temen di kontak dan emang mayoritas udah punya semua. Terlihatlah kontak-kontak sobat SMP yang udah lama banget gue nggak bersua dengan mereka. Gue coba wassap satu-satu, Kame dan Muthe yang selalu sigap dengan wassapnya. Terus, gue berpikir, gimana kalau kita reunian aja...
Jumat, 8 Februari 2013 adalah hari yang Muthe tentuin dan disambut OK sama Kame, tapi sobat lainnya yang bisa gue hubungin adalah Mpeb dan Nagin. Masalah Chika dan Marlina udah ditangani sama Kame. Mpeb said Yes but Nagin said I dunno. Masalah ketemuan kayak gini sebenernya gue nggak mau ribet, intinya ketemu dulu dan selanjutnya ngapain, itu dimusyawarahkan bersama.Selain itu, gue juga paling males kalau kelamaan cari waktu ketemuan, ada 3 orang aja yang mau ketemu, gue oke aja...
Jadilah, kawanan berkumpul di Gramedia, Depok pukul 11.00 WIB yang padahal janjian pukul 10.00 WIB. Sempet pangling liat mereka berbeda apalagi Kame yang saat ini udah ber-hijab, kami membuat gaduh Gramed.
Waktu membuat kita terpisah, tapi waktu pun memperbolehkan kami buat ketemu. Ya, kan... selagi ada waktu yang mengizinkan dan semua terkungkung sama kangen masing-masing selama 6 tahun (kira-kira), kami menyempatkan waktu satu hari buat lunasin itu...
Setelah puas check harga dan kontennya, gue berhasil membawa dua buah buku yang harus gue beli. Kami melangkahkan kaki ke Margo City. Sempet kaku juga dan mau bahas apa, gue mulai berceloteh sana sini. Diawali sama topik tentang 'pacar' Muthe lagi mesranya sama pacarnya se-univ, Mpeb yang baru gue tahu ternyata udah dua tahun menjalin kasih dengan teman SMAnya, Kame yang menjomblo yang ditemani sama gue juga yang menjomblo. Sempet kontak sama Nagin, tapi sobat gue satu itu katanya lagi mempersiapkan diri ke Pura jadi dengan menyesal, dia nggak ikut kumpul. Chika yang katanya ada acara di kampus dan Marlina yang nggak bisa dihubungin serta Ayyi yang nggak tau kita ngehubunginnya lewat apa. Mereka berempat nggak dateng, tapi seenggaknya ada awalnya kita untuk bersua kembali, mengenang lagi masa-masa SMP dulu.
Mulai lapar sama gosip SMP, omongan mulai merembet ke teman-teman lain di SMP, tapi untuk sekedar bercanda ya nggak apa-apalah toh nggak menjelek-jelekan juga. Disebut kembali nama yang bikin gue selama 3 tahun nggak bisa suka sama cowok lain, yang pada akhirnya 'cintaku bertepuk sebelah tangan'. Sekarang, gue nggak tau menau kabar cowok itu dimana dan gimana. Udah nggak penting lagi. Terus Kame yang lagi dideketin sama salah satu temen SMP baru-baru ini dan dia takut nanggepinnya gimana.
Sekarang, gue dan Kame mulai cari makan, akhirnya ketemu yang namanya 'Mie Tarik' yang daritadi jadi perhatian karena mas-masnya banting-banting mienya. Harganya lumayan dan porsinya lebih dari lumayan. Mpeb dan Muthe membeli ramen. Terakhir, gue lah yang sulit menghabiskan makanan gue karena menurut gue, rasanya kurang mantap dan porsinya itu loh bikin mabok. It's enough!
Bingung mau ngapain lagi setelah Sholat Zuhur, kami berempat pergi ke photobox. Sebenarnya, itu keinginan gue di awal, tapi pas liat harga yang terpampang Rp25000 buat 4 foto, nggak jadi. Kata Muthe "Mending pake aja sih. Kan sepuasnya dan gratis lagi" OK
Tempat enak buat foto mengarahkan kami ke Platinum, mumpung lagi sepi, puas-puasin lah kami mendokumentasikan kebersamaan ini. Akhirnya, dengan cepat juga memutuskan buat nonton Mama. Mama dimulai pukul 15.00 WIB dan kami segera ke Giant untuk membeli snack. Pintu theatre pun telah dibuka, di dalam masih sepi dan lagi-lagi gaya di depan kamera HP.
Sekedar review, film Mama ini bergenre horor, pastinya adegan ngagetin andalannya. Mama berkisah tentang seorang ibu yang sangat cinta sama anak bayinya hingga mati pun mencari anaknya itu. Suatu ketika, seorang ayah yang frustasi dengan krisis ekonominya, membunuh rekan kerja dan istrinya. Dua anak ayah tersebut dibawanya sampai terjadi kecelakaan dan sampailah mereka di sebuah rumah kayu. Saat ayah mau membunuh anak pertamanya, Victoria. Mama datang. Dan mulailah kisah kedua anak itu, Victoria dan Lilly dirawat dengan cara Mama. Lima tahun setelah itu, kedua anak itu ditemukan dengan kondisi yang memprihatinkan, diasuhlah mereka dengan Paman dan Bibinya serta dijadikan bahan riset oleh seorang Profesor. Victoria dan Lilly menunjukkan gejala anti sosial dan hanya berbicara dengan Mama yang tidak dilihat oleh orang lain. Victoria mulai belajar untuk menceritakan siapa Mama dan akhirnya menunjukkan sikap sayangnya kepada Bibinya. Namun, Lilly yang terbilang masih kecil untuk itu, ia tetap sangat mencintai Mama. Mama sangat cemburu sekaligus marah terhadap orang-orang yang mencintai kedua anak itu. Dan mulai melakukan teror. Profesor mulai mengetahui rahasia Mama, namun sayang Prof ini dibunuh oleh Mama. Di adegan terakhir, Paman dan Bibi terus meminta untuk mengembalikan Victoria dan Lilly dari tangan Mama yang akan membawa mereka ke alamnya. Bibi menukar mereka dengan jasad bayi Mama yang Mama cari. Namun, Lilly lebih memilih untuk bersama Mama. Berakhir dengan kehadiran seekor kupu-kupu berwana ungu jelmaan dari Lilly dan Victoria, Paman, dan Bibi berpelukan di tebing tempat bunuh diri Mama.
Gue cukup terkaget-kaget saat 'Mama'nya keluar yang secara tiba-tiba. Dan pastinya, udah nggak malu lagi buat teriak di gedung bioskop itu. Aaaaaaargh...
Sholat Ashar, lalu kami ke Electronic City ngeliat-liat kamera. Abis itu, duduk kembali di foodcourt transfer foto-foto. Sholat Maghrib dan pulang...
Jangan katakan 'selamat tinggal' karena itu akan memhapus harapan untuk bertemu kembali. See you, pals... Semoga kita bisa bersua dalam keadaan yang lebih baik dari ini :)